BELAJAR DI LUAR NEGERI

Halo sahabat Mudo Bengkulu Kito!

Salam hangat dan selamat bergabung dalam komunitas pemuda Bengkulu. Camkoha Sharing yang pertama pada tanggal 3 Januari lalu sudah terlksana dengan materi mengenai “Belajar di Luar Negeri”. Sharing dilaksanakan selama lebih kurang dua jam dengan modorator kita yang kece, Kak Bayu Sadewa, dan dua orang narasumber kita Kak Lyanda dan Kak Dika. Antusias dari para peserta diskusi pun cukup besar, sehingga diskusi berjalan seru dan benr-benar camkoha.

Nah, buat kamu yang ga sempat daftar atau ketinggalan diskusi karena ada kesibukan, yuk cek di sini hasil diskusinya…

Bengkulu merupakan salah satu kota kecil di daerah Sumatera bagian Selatan yang memiliki pemuda yang tak kalah dari pemuda-pemuda di kota besar lain. Banyak dari mereka yang sudah menjejakkan kaki dan mengecap pengalaman pada lingkup nasional, bahkan internasional. Hal ini membuktikan bahwa pemuda Bengkulu bukanlah orang-orang biasa yang hanya bisa bermimpi untuk menghirup aroma udara di penjuru bumi yang lain. So, pemuda Bengkulu jangan pernah pesimis untuk berjuang meraih mimpi-mimpinya.

Nah, pemuda Bengkulu yang berhasil di kepung oleh tim MBK dan ditodong untuk jadi narasumber pada Camkoha Sharing #1 adalah Kak Lyanda Famela, mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unib dan Kak Andika Putra Riandi, mahasiswa Teknik Kimia FT Unsri. Mereka berdua, adalah pemuda Bengkulu yang berhasil menerobos dinding pembatas yang menghalangi jengkal-jengkal antara mimpi dan kenyataan. Menjejakkan kaki mereka diluar negeri. Yap! Mereka berhasil bersaing untuk membuktikan diri, bahwa mereka, putra-putri bumi raflesia yang tak bisa dianggap remeh.

Kak Lyanda Famela, mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unib ialah salah satu kandidat dari provinsi Bengkulu untuk Indonesia Canada Youth Exchange Program 2014-2015.  Program ICYEP yang diikuti Kak Lyanda merupakan bagian dari program Pertukaran Pemuda Antar Negara atau yang biasa kita kenal dengan PPAN. Menurut keterangan dari mahasiswa yang aktif di PCMI Bengkulu ini, khusus daerah Bengkulu, seleksinya diadakan selama 3 hari yang berlangsung pada kisaran pada bulan April hingga Mei. Seleksi diadakan secara langsung (tidak diselenggarakan seleksi online), dan setelah terpilih, kandidat akan berkumpul dengan teman-teman se-Indonesia yang lolos PPAN. Nah, artinya kita bisa membuka jaringan untuk menambah wawasan dong ^^?

Menurut Kak Lyanda, pengalaman menarik yang ia rasakan ketika terpilih menjadi salah satu keluarga PPAN ke Kanada adalah menjadi volunter di Kanada dan Indonesia, Comunity Development, Cross Culture Understanding dari grup, Host Family, dan Counterpart. Sahabat Mudo Bengkulu bisa bayangkan betapa langkanya pengalaman tersebut kan? Kita bisa mendapat pengalaman bekerja di lapangan, tak hanya di dalam negeri, namun juga luar negeri. Selain itu, pengalaman tinggal di dalam komunitas dan melakukan kontribusi untuk masyarkat sekitar. Karena hal tersebut tidak akan sama dan tidak akan bisa kita dapatkan dengan hanya membayar tiket liburan ke luar negeri.

Program ini dilaksanakan selama 6 bulan, 3 bulan di Kanada dan sisanya di Indonesia. Sahabat Mudo yang mau mengikuti program ini jangan takut masyarakat Kanada akan menolak dan bersikap acuh terhadap program kalian. Karena, kabar baik dari Kak Lyanda, bahwa masyarakat Kanada sudah familiar dengan program ini. Nah, masih mikir-mikir mau ke sana?

Setelah pulang ke Bengkulu, tahun lalu Kak Lyanda sempat mengadakan program pengajaran untuk anak-anak panti asuhan bersama teman-teman PPAN yang lain. Kegiatannya berupa kelas bahasa Inggris dan kelas budaya. Tentunya disana Kak Lyanda dan teman-teman juga membawa serta menerapkan apa yang mereka peroleh unuk murid-murid mereka.

Untuk sahabat Mudo Bengkulu yang udah memutar teater pikiranny untuk mengikuti program ini, berikut beberapa tips dari Kak Lyanda sebagai persiapan mengikuti seleksi program ini, pertama,kita harus memiliki motivasi awal dari diri kita sendiri. Kedua, ikuti alur seleksi sesuai aturan. Ketiga, tunjukkan potensi yang dirasa mendukung untuk dewan juri memilih kita sebagai wakil provinsi. Keempat, cukup jadi diri sendiri. Sahabat Mudo Bengkulu bisa berkunjung ke pcmibengkulu.blogspot.com untuk  keterangan terkait program lebih lanjut.

Bagaimana sahabat Mudo, masih mau jadi pemuda Bengkulu yang biasa-biasa padahal punya potensi yang luar biasa? Karena tak hanya Kak Lyanda yang sudah berkelakar ke negeri nun jauh di mata, tetapi ada juga cerita menarik dari Kak Dika.

Andika Putra Riandy namanya. Kak Dika adalah mahasiswa S1 Unsri jurusan Teknik Kimia angkatan 2012. Menurut desau angin dan berita yang dibawa hujan dari lautan negara nun jauh di sana, Kak Dika ini sudah pernah meninggalkan jejak sepatunya di London, sahabat Mudo. Penasaran? Mari kita simak petualangan seru Kak Dika.

Pemuda yang saat ini masih terhitung aktif di Imatek KM FT Unsri dan Nano World Indonesia ini merupakan salah seorang kandidat yang lolos program ISIC (Indonesia Scholars International Convention). Sebuah program tahunan yang diadakan oleh prhimpunan pelajar Indonesia di UK. Program tersebut merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari Academic Conference, Debate Competition, Photography, dan Gala Cultural Night. Nah, Kak Dika kemarin mengikuti program Academic Conference.

Pesert yang akan mengikuti program Academic Conference akan mengikuti beberapa tahap seleksi yang dimulai dari seleksi abstrak, full paper, dan terakhir proses editing. Kalau program yang diikuti Kak Lyanda tadi, peserta harus mengikuti seleksi provinsi terlebih dahulu. Untuk ISIC, seleksi dilaksanakan serentak secara nasional, dan setelah lolos peserta akan mempresentasikan karyanya di Oxford. Untuk venue ISIC itu sendiri setiap tahunnya mengalami pergantian, dan untuk 2015 kemarin, venue-nya terletak di London.

Program ISIC berlangsung selama dua hari, dimana dua hari tersebut seluruh peserta yang lolos akan memaparkan hasil penelitian dengan beragam isu yang menarik.

Meskipun kegiatan hanya berlangsung dua hari, namun pengalaman yang didapatkan Kak Dika terbilang banyak. Kak Dika udah pernah ngerasain susah dan mahalnya bikin visa UK, bermalam di Changi Airport demi dapat tiket dengan harga murah, tersesat di London, dan yang paling penting adalah merasakan susah dan canggungnya berkomunikasi dengan native.

Kak Dika berhasil mengikuti program ini tentunya punya motivasi juga, sama seperti Kak Lyanda. Nah, motivasi Kak Dika adalah, beliau ingin mengasah kemampuan berbahasa Inggris terutama untuk scientific writing.

Kak Dika juga punya kiat-kiat untuk mengikuti program ISIC, sahabat Mudo. Pertama, untuk mengikuti seleksi program apapun, kita harus memahami rules dari penyelenggara. Kedua, laksanakan semua task sesuai rules, dan yang terakhir, cari informasi sebanyak banyaknya dari alumni yang pernah mengikuti program tersebut.

Yaps! Intinya kita harus giat untuk mengikuti kegiatan atau program apapun itu. Ketika kita bersungguh-sungguh, maka tak akan pernah ada yang akan kita sesali atas semua proses yang kita lewati.

Nah, satu lagi nih sahabat Mudo, sebagai generasi muda yang hidup di zona canggih, kita harus membuka diri dari hal-hal baru. Tapi ingat, harus tahu bagaimana mengguakan dan apa batasanya, seperti penguasaan terhadap bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Sebagai generasi cerds, kita harus bisa menguasai jalur perkembangan iptek, namun tetap terampil menjaga keutuhan dan identitas bangsa kita.

So, tetap semangat menggapai impianmu. Jangan pernah lelah. Karena ata m’menyerah’ tak pernah tertera pada kamus orang-orang hebat.

Salam Mudo Bengkulu, salam generarasi cendikia Bumi Raflesia!

 

Leave a comment